PJPMKFKI XIX

Medan-Samosir 30 Juli - 5 Agustus 2014

PJPMKFKI XIX

Increase Solidarity for Unity

PJPMKFKI XIX

Diselenggarakan atas kerja sama KMK St. Lukas USU dan KMK St. Raphael FK UMI Medan

PJPMKFKI XIX

instagram.com/pjpmkfkixix | facebook.com/pjpmkfki19 | twitter.com/pjpmkfkixix

PJPMKFKI XIX

Pembinaan Jaringan Pembinaan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedookteran Indonesia Ke-19

Jumat, 11 April 2014

Kristen dan Katolik, sebuah Kelirumologi

Kelirumologi adalah istilah humoris untuk merujuk kepada beberapa kekeliruan logika dalam pembentukan frasa dan kata yang sudah terlalu sering dipakai pengguna Bahasa Indonesia sehingga dianggap benar. Dari judul artikel ini, tentulah yang akan saya bahas adalah kekeliruan logika dalam pembentukan istilah “Kristen dan Katolik”.

Banyak umat Katolik di Indonesia terjebak pada istilah yang salah kaprah yaitu "Kristen dan Katolik" di mana umat Katolik berpikir bahwa Katolik bukanlah Kristen.  Ada pula yang ditanya, "Anda seorang Kristen?"; tetapi umat Katolik tersebut malah menjawab "Bukan, saya seorang Katolik". Salah kaprah di Indonesia termasuk dalam pembuatan KTP menyebabkan istilah yang tidak tepat "Kristen dan Katolik" mendarah-daging di mana pemahamannya nama “Kristen” itu merujuk kepada Protestan sementara “Katolik” kepada Katolik.

Sayangnya, karena kesalahkaprahan yang sudah mendalam ini, sulit sekali untuk mengoreksinya secara luas. Meskipun begitu, umat Katolik hendaknya berprinsip membiasakan yang benar daripada membenarkan kebiasaan.

St. Pacianus dari Barcelona

Permasalahan ini ternyata sudah pernah dijelaskan dan dipecahkan oleh seorang Bapa Gereja, St. Pacianus (310-391 M), Uskup Barcelona dari tahun 365-391 M. St. Pacianus menulis sebuah surat-surat (epistula) kepada Sympronianus yang berisi Seruan Pertobatan dan Penjelasan Mengenai Pembaptisan. Pada surat pertamanya, St. Pacianus berbicara mengenai nama “Katolik”.


St. Pacianus berkata:

“Kristen adalah nama saya, tetapi Katolik adalah nama belakang saya (my surname). Yang pertama memberikan saya sebuah nama, yang terakhir membedakan saya. Oleh yang satu saya diterima, oleh yang lainnya saya ditandai.”


St. Pacianus melanjutkan:

“Dan bila pada akhirnya kita harus memberikan pertanggungjawaban atas kata “Katolik” dan mengambilnya dari bahasa Yunani oleh interpretasi Latin; [makna] “Katolik” adalah “di seluruh” atau sebagaimana orang terpelajar pikir “ketaatan dalam semuanya” yaitu dalam semua perintah Allah. Yang dari Rasul [Paulus], “apakah kamu taat dalam segala sesuatu” (2 Kor 9:12) dan lagi “sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.” (Rom 5:19). Oleh karena itu, barangsiapa adalah Katolik, orang yang sama adalah taat. Barangsiapa adalah taat, orang yang sama adalah seorang Kristen dan dengan demikian Katolik adalah Kristen. Oleh karena itu, umat kita (our people), ketika dinamai Katolik, dipisahkan oleh sebutan ini dari nama yang sesat (heretical name).”


Dari pernyataan St. Pacianus dari Barcelona di atas, kita dapat melihat bahwa seorang Katolik pastilah seorang Kristen. Perlulah umat Katolik pahami bahwa identitas kita adalah Kristen Katolik, yaitu Pengikut Kristus (Kristen) di dalam Gereja Katolik yang kita imani sebagai satu-satunya Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus.


Sebagaimana yang dinyatakan St. Pacianus dari Barcelona di atas, nama “Katolik” digunakan untuk membedakan Gereja Kristus yang benar dari kelompok-kelompok sesat. Memang benar bahwa Gereja Kristus ini pada mulanya belum memiliki nama. Tetapi, kemunculan kelompok-kelompok yang mengajarkan ajaran sesat (di mana mereka juga mengaku Kristen) pada abad-abad pertama akhirnya membuat Gereja yang didirikan Kristus ini bernama Katolik. Santo Pacianus dari Barcelona menjelaskannya:

“Ketika setelah masa Para Rasul, ajaran sesat telah meledak dan menyebar dengan berbagai nama untuk merobek sedikit demi sedikit dan memecahbelah ... Bukankah umat Apostolik memerlukan nama mereka sendiri untuk menandai kesatuan orang-orang yang tidak rusak? ... Misalkan, hari ini, saya masuk ke sebuah kota yang padat. Ketika saya menemukan Marcionit, Apolinarian, Catafrigian, Novasian dan berbagai macam dari mereka yang menyebut diri mereka Kristen; dengan nama apa saya harus mengenal jemaat saya sendiri bila bukan diberi nama Katolik?”

Arti kata “Kristen” adalah “Pengikut Kristus”. Saat ditanya “Apakah anda seorang Kristen?”, perlu diperhatikan bahwa bila kita umat Katolik menjawab “Saya bukan Kristen, saya seorang Katolik.” maka akan muncul dua hal yang keliru yaitu:

1. Anda menyangkal diri anda seorang pengikut Kristus (Kristen).

2. Anda menunjukkan bahwa Katolik bukanlah pengikut Kristus (Kristen).


Nah, apakah kita umat Katolik mau menyangkal diri kita seorang pengikut Kristus? Tentu tidak bukan. J Kalau begitu, mari kita biasakan yang benar. Katolik adalah Kristen. Kita adalah Kristen Katolik, pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik.


Mungkin akan muncul pertanyaan dari non-Katolik, “Kamu tadi bilang kamu seorang Kristen tapi kenapa kamu ikut Misa di Katolik? Kan Kristen itu beda dari Katolik.”  Ya dijelaskan saja kesalahkaprahan tersebut agar orang tersebut mengerti.


Jadi, saya tanya kepada anda umat Katolik: “Apakah anda seorang Kristen?”  Ya, saya seorang Katolik, Kristen Katolik.


Tambahan:

1. Gereja Katolik sejak dari awal sampai sekarang memang seringkali diserang dengan berbagai ajaran yang salah dan menyimpang (bidaah). Beberapa ajaran tersebut dapat dilihat di artikel ini.

2. Pada masa sekarang ternyata muncul juga Gereja atau persekutuan gerejawi yang menggunakan nama ‘Katolik” tetapi sebenarnya bukan “Katolik”. Perlu diketahui bahwa ciri yang pasti dari Katolik adalah persatuan penuh dengan Paus, Uskup Roma. Mereka yang tidak bersatu dengan Paus bukanlah umat Gereja Katolik.

3. In fact, kata "Katolik" ada dalam Kitab Suci. Silahkan baca artikel ini.

Sumber 

Dari Islam ke Katolik - Perjuangan Seorang Muslim Menjadi Katolik


Autobiografi menarik mengenai Muhammad Moussaoui yang menceritakan pertobatannya dari Islam ke Katolik, menunjukkan keajaiban-keajaiban rahmat dan tanggapan manusia atas rahmat tersebut. Dia menulis kisahnya dalam buku berjudul Le Prix à Payer yang diterbitkan di Paris tahun 2010. Setelah pertobatannya, ia mengambil nama Joseph Fadelle.


Muhammad Moussaoui merupakan salah satu anggota dari keluarga Muslim ternama di Irak, klan Moussaoui. Sebagai kepala klan, ayah Muhammad Moussaoui menjadi semacam hakim dan pengambil keputusan bila terjadi perselisihan di antara para anggota klan. Ayahnya juga memiliki kekayaan dan prestise yang besar.


Pada tahun 1987, Muhammad Moussaoui direkrut ke dalam tentara Irak di bawah pemerintahan Saddam Hussein tepat di saat perang dengan tetangga, Iran. Pada waktu itu, usianya 23 tahun dan masih belum berkeluarga.



Ia kemudian dikirim ke sebuah garnisun di perbatasan dengan Iran. Ia ditempatkan di sebuah ruangan dengan seorang Kristen. Ia merasa marah ketika ia tahu bahwa ia ditempatkan satu ruangan dengan seorang Kristen. Baginya, ini adalah penghinaan bagi seorang yang lahir di keluarga Islam yang juga merupakan keturunan dari pendiri Islam, Muhammad.
 
 

Bagaimanapun juga, si orang Kristen bernama Massoud lebih tua dari dia dan menyambut dia dengan ramah sehingga sedikit demi sedikit prasangkanya memudar. Muhammad Moussaoui merencanakan sesuatu untuk mempertobatkan Massoud ke Islam. Suatu hari, ketika Massoud sedang tidak ada, Muhammad Moussaoui melihat sebuah buku berjudul The Miracles of Jesus di antara tumpukan buku miliki Massoud. Muhammad Moussaoui merasa penasaran dan mulai membacanya. Ia tidak memiliki bayangan mengenai buku itu karena di Quran, Yesus disebut Isa. Tetapi, Muhammad Moussaoui merasa senang membaca mujizat-mujizat Yesus seperti mujizat pengubahan air menjadi anggur pada pesta pernikahan di Kana. Muhammad Moussaoui menjadi tertarik akan figur Yesus Kristus.


Masih dalam niat untuk mempertobatkan Massoud ke Islam, Muhammad Moussaoui bertanya kepada Massoud apakah umat Kristen memiliki sebuah kitab suci. Setelah Massoud memberitahu bahwa umat Kristen memiliki Kitab Suci, Muhammad Moussaoui meminta Massoud untuk menunjukkannya sementara Muhammad Moussaoui berpikir bahwa Kitab Suci umat Kristen tersebut dapat dengan mudah disanggah.


Alangkah terkejutnya Muhammad Moussaoui ketika Massoud menolak menunjukkan Kitab Suci umat Kristen dan bahkan bertanya sebuah pertanyaan mengejutkan yaitu apakah Muhammad Moussaoui telah membaca Quran. Pertanyaan ini ofensif terhadap seseorang yang sejak lahir berada di Islam; tetapi Muhammad Moussaoui dengan segera menjawab bahwa ia sudah membacanya. Lalu Massoud memberikan pertanyaan baru dan agak menjengkelkan: “Apakah engkau memahami makna dari setiap kata dan setiap ayat?”.

Melihat raut muka Muhammad Moussaoui yang terlihat kesal, Massoud mengusulkan supaya Muhammad Moussaoui membaca Quran lagi tapi kali ini mencoba untuk memahami setiap kalimat dan kemudian Massoud akan meminjamkan ia Kitab Suci umat Kristen.

Muhammad Moussaoui (Muhammad Moussaoui) menerima saran yang kemudian mengubah hidupnya secara utuh. Saat ia mencoba untuk mengetahui lebih dalam makna dari apa yang tertulis di Quran, Muhammad Moussaoui menyadari bahwa banyak ayat di dalamnya absurd dan tidak berarti. Konsultasi dengan seorang imam pun gagal untuk memecahkan keraguannya dan ia menjadi semakin kecewa dengan Quran.


Ia mulai melihat untuk pertama kalinya apa yang Quran sungguh-sungguh katakan. Setelah selesai membacanya sembari merenungkannya, ia sampai pada kesimpulan bahwa Quran tidak mungkin memiliki asal-usul ilahi.



Lalu terjadilah sebuah episode mistis yang mempersiapkan pertobatannya. Ia bermimpi berada di padang rumput di tepi sungai dan melihat seorang pria yang mengesankan dan menarik di sisi lain sungai. Ia mencoba untuk melompati sisi sungai tetapi ia tetap berada di udara sampai sosok misterius itu meraih tangannya dan berkata kepadanya: “Untuk menyeberangi sungai, engkau perlu makan Roti Hidup.” Lalu Muhammad Moussaoui terbangun.


Tidak lama berpikir mengenai mimpi tersebut, Muhammad Moussaoui meminta Massoud untuk meminjamkannya Kitab Suci. Muhammad Moussaoui kemudian membuka Injil St. Yohanes dan benar-benar membaca dan meresapinya. Pada suatu titik, Muhammad Moussaoui merasa digerakkan untuk menemukan kata-kata dalam mimpinya: “Roti Hidup”. Kata-kata Yesus di Injil begitu jelas: “Akulah Roti Hidup; barangsiapa datang kepada, ia tidak akan lapar.” (Yoh 6:35).


Muhammad Moussaoui menceritakan: “Lalu sesuatu luar biasa terjadi padaku seperti sebuah ledakan keras yang menghancurkan apapun di sekitarnya, diikuti dengan sebuah perasaan yang senang dan hangat layaknya seperti sebuah cahaya cerah menyinari hidupku dalam sebuah cara yang sepenuhnya baru dan memberikan semuanya makna. Saya seperti merasa mabuk bahkan saya merasakan di dalam hati saya sebuah perasaan tak terlukiskan mengenai kekuatan dan cinta yang bersemangat kepada Yesus Kristus yang Injil-injil bicarakan.”

Pertobatan Muhammad Moussaoui penuh, total dan seterusnya. Ia meminta Massoud untuk membantunya menjadi seorang Kristen tetapi ia menemukan hambatan. Berdasarkan Hukum Syariah, seorang Muslim yang meninggalkan Islam dan menjadi Kristen harus dijatuhi hukuman mati bersama dengan orang-orang yang membawanya meninggalkan Islam. Tetapi, Massoud tetap mengajarinya berdoa dan mereka berdua menghabiskan waktu luang dengan membaca Injil dan berdoa. Massoud lalu dibebaskan dari wajib militer pada saat Muhammad Moussaoui sedang cuti dan akhirnya Muhammad Moussaoui tidak menemukan Massoud lagi ketika ia kembali. Tak lama setelah itu, Muhammad Moussaoui pun dibebaskan dari wajib militer dan kembali ke rumah orang tuanya.

Bagi Muhammad Moussaoui, pulang ke rumah menjadi awal dari cobaan besar yang akan berlangsung selama bertahun-tahun yang membutuhkan kesetiaan yang total. Muhammad Moussaoui pernah datang untuk menjadi Kristen ke Patriark Katolik di Irak tetapi ditolak demi kebaikan umat Katolik di sana. Seperti yang Massoud anjurkan, Muhammad Moussaoui berusaha menyembunyikan pertobatannya dari keluarganya sementara ia menghindari sholat dengan berbagai dalih. Pada waktu yang sama, ia mencoba untuk mendekati umat Kristen, tetapi mereka takut untuk menerimanya di gereja mereka karena mereka tidak mengenalnya dan takut pada penganiayaan yang akan terjadi di tempat tinggal mereka.


Penghiburan Muhammad Moussaoui adalah membaca diam-diam Kitab Suci yang ia terima dari Massoud, bermeditasi terutama mengenai Injil-injil. Akhirnya ia sukses, bersama seorang teman Kristen, menghadiri sebuah gereja; tetapi pembaptisan yang ia tunggu-tunggu belum juga terjadi.


Waktu berlalu dan pada tahun 1992, ayah Muhammad Moussaoui mengatakan kepadanya bahwa ia telah memilihkan seorang wanita baginya dan ia harus menikahinya. Gadis itu berasal dari lingkungan sosial yang sama, seorang Muslim sejak lahir bernama ʼAnwār. (Bentuk laki-laki: ʼAnwar  -  Bentuk perempuan: ʼAnwār)


Setelah pernikahan dan kelahiran seorang anak, Muhammad Moussaoui yang tetap datang ke gereja secara diam-diam menemui seorang misionaris asing di Irak yang setuju untuk mempersiapkan pembaptisan untuk Muhammad Moussaoui. Tetapi sesuatu hal yang tidak diharapkan terjadi. Suatu hari, ketika ia kembali dari Misa Kudus, istrinya yang tidak mengerti ke mana Muhammad Moussaoui pergi setiap hari Minggu menanyakan apakah Muhammad Moussaoui pergi untuk menemui wanita lain. Sontak Muhammad Moussaoui merasa kaget dan tanpa berpikir mengenai apa yang harus dikatakan, Muhammad Moussaoui menjawab bahwa ia adalah seorang Kristen dan pergi ke Misa setiap hari Minggu.

Istrinya benar-benar terkejut oleh fakta bahwa ia menikahi seorang Kristen. Ia terpukul lalu mengunci diri di kamarnya. Kemudian, saat Muhammad Moussaoui tidak ada, istrinya membawa anak mereka dan pergi ke rumah ibu sang istri.


Muhammad Moussaoui menyadari bahwa ia berada dalam bahaya. Istrinya akan memberitahu keluarganya bahwa Muhammad Moussaoui adalah seorang Kristen dan akan dijatuhi hukuman mati. Tetapi, ajaibnya, istrinya tidak mengatakan apa-apa ke keluarganya dan setuju untuk pulang kembali ke rumahnya sendiri. Malah istrinya meminta Muhammad Moussaoui untuk menjelaskan apa itu Kristianitas. Muhammad Moussaoui menggunakan metode yang sama dengan yang Massoud gunakan. Muhammad Moussaoui meminta istrinya untuk membaca kembali Quran sambil mencoba memahami lebih dalam makna dari kata-kata Quran dan doktrin yang ditunjukkan ayat-ayatnya. Sebagaimana yang terjadi pada Muhammad Moussaoui, istrinya terkejut terutama terhadap cara Quran memandang wanita Muslim. Setelah membaca Injil, ʼAnwār diam-diam mulai datang ke gereja bersama dengan Muhammad Moussaoui dan mengambil pelajaran agama dengan misionaris.

Pada tahun 1997, sebuah peristiwa penting terjadi dalam kehidupan Muhammad Moussaoui. Keluarganya menyadari bahwa ia telah menjauh dari Islam dan curiga bahwa ada sesuatu terjadi. Ketika pasangan suami istri ini pergi ke gereja, saudara laki-lakinya menggeledah rumahnya dan menemukan salinan Kitab Suci.   Dan ketika keluarganya bertanya kepada putra bungsu Muhammad Moussaoui, ia menandai dirinya dengan Tanda Salib seperti yang telah ia pelajari dari orang tuanya.

Keesokan harinya, saat fajar, Muhammad Moussaoui dibawa ke rumah orangtuanya dengan dalih ada sesuatu yang mendesak. Saat ia memasuki ruang utama, ia dipukuli oleh saudara-saudaranya dan pamannya di depan ayahnya. Ayahnya benar-benar marah dan menuduhnya telah menjadi seorang Kristen. Ibunya sendiri berteriak, “Bunuh dia dan lemparkan tubuhnya di gorong-gorong!”.

Meskipun ia tidak terbunuh dalam peristiwa itu, Muhammad Moussaoui dibawa oleh sepupunya ke salah satu penjara politik Saddam Hussein untuk disiksa demi mengungkapkan nama-nama orang Kristen yang membantu pertobatannya. Selama tiga bulan Muhammad Moussaoui disiksa dengan kejam, kehilangan hampir separuh berat badannya dan kemudian dilepaskan. Keluarganya kemudian menempatkan salah seorang saudarinya di rumah Muhammad Moussaoui untuk mengawasi ia.


Akhirnya, pada April 2000 setelah terjadi banyak perubahan, pasangan tersebut bersama ketiga anaknya melarikan diri ke Yordania dibantu oleh teman gerejanya. Tetapi Yordania tetaplah bukan tempat yang aman. Muhammad Moussaoui masih tidak bisa mengimani Katolik dalam damai. Pemerintah Yordania tahu akan kondisinya dan  mencarinya untuk menangkap dan mengembalikannya. Berkat bantuan dari kelompok yang mungkin bisa disebut Katolik “Bawah Tanah” Yordania, ia bersama anak dan istrinya berpindah-pindah mencari tempat yang aman. Ketika keluarganya tahu bahwa ia melarikan, mereka mulai mencari ia dan akhirnya menemukan ia. Pada Desember tahun 2000, empat saudaranya dan seorang pamannya memancingnya ke tempat sepi di mana setelah perdebatan singkat mereka menuntut Muhammad Moussaoui untuk murtad dari Katolik dan mencoba untuk menerapkan fatwa yang menyatakan bahwa hukum untuk orang yang meninggalkan Islam adalah kematian.


Ajaibnya, meskipun ditembak  dari jarak yang cukup dekat, peluru nyaris mengenai dia dan dia mendengar suara batin memberitahu dia untuk lari. Setelah agak jauh, sebuah peluru mengenai kakinya dan ia jatuh pingsan dalam lumpur. Orang yang menembaknya mengira ia sudah mati dan kemudian orang-orang tersebut melarikan diri. Muhammad Moussaoui dibawa oleh orang asing ke rumah sakit dan kemudian dirawat oleh seorang dokter Kristen di rumahnya tetapi otoritas Gereja setempat memintanya untuk meninggalkan Yordania agar tidak membahayakan komunitas Kristen di sana. Kelompok Katolik “Bawah Tanah” membantu pelarian diri Muhammad Moussaoui beserta anak dan istrinya sebagai pengungsi ke Prancis. Muhammad Moussaoui, istrinya dan ketiga anaknya segera dibaptis diam-diam sebelum berangkat. Muhammad Moussaoui mengambil nama baptis Joseph sementara istrinya mengambil nama baptis Maria.


Muhammad Moussaoui, sekarang dikenal sebagai Joseph Fadelle, telah mencapai akhir dari pencarian selama 13 tahun untuk menerima sakramen-sakramen inisiasi (Baptis, Krisma, dan Ekaristi). Hal ini juga berarti bahwa akhir dari kehidupan yang kaya, mudah dan berotoritas di Irak dan awal dari kehidupan yang relatif miskin di tengah-tengah budaya Prancis. Hingga sekarang, Joseph masih sering mendapatkan ancaman pembunuhan dari umat Muslim setempat sehingga ia harus terus berada dalam perlindungan polisi Prancis. Meskipun demikian, Joseph dan keluarganya tidak hidup dalam ketakutan karena mereka yakin Tuhan Yesus melindungi mereka. Joseph menyenangi katekese dan menekankan perlunya katekisasi di sekolah-sekolah Katolik.


"Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." (Mat 10:28) adalah salah satu pernyataan Yesus yang mennjiwai kehidupan Joseph dan dia mengucapkannya saat berhadapan dengan ancaman pembunuhan.
 
Buku aslinya ditulis dalam bahasa Perancis dengan judul Le Prix à Payer, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Price to Pay: A Muslim Risks All to Follow Christ.


Sumber

Rabu, 09 April 2014

Perjumpaan Iman dan Akal Budi

“Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah…dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa” (Kis 17:17-18)

Kalimat di atas menunjukkan bahwa sejak zaman para Rasul: awal pewartaan iman kristiani telah terjadi perjumpaan iman dengan aliran-aliran filsafat yang berkembang saat itu. Dalam teks Kis. 17:17-18 diperlihatkan bagaimana mereka mengadakan diskusi tentang iman dan akalbudi (ilmu pengetahuan) untuk mencari kebenaran. Para rasul dan jemaatnya berdiskusi bahkan berdebat dengan para ahli filsafat seperti Stoa dan Epikuros.
Ilmu membebaskan dari ketakutan (Epikuros)
Epikuros adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan tahun 341 SM. Epikuros berbeda dengan Aristoteles yang mengutamakan penyelidikan ilmiah. Epikuros menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dan penyelidikan ilmu yang sudah dikenal sebagai alat untuk membebaskan manusia dari ketakutan agama. Ketakutan terhadap agama dimaksud adalah adanya rasa takut kepada dewa- dewa yang ditanam dalam hati manusia oleh agama orang Yunani lama. Menurut Epikuros ketakutan kepada agama itulah yang menjadi penghalang besar untuk memperoleh kesenangan hidup. Jadi aliran filsafat Epikuros diarahkan kepada satu tujuan memberikan jaminan kebahagiaan kepada manusia. Bagi Epikuros logika melihat kehidupan adalah semua yang kita pandang/ lihat itu adalah benar. Logika harus melahirkan norma untuk pengetahuan dan kriteria tentang apa itu kebenaran. Pandangan adalah kritetia yang paling tinggi untuk menentukan kebenaran. Kebenaran dicapai dengan pemandangan dan pengalaman. Pemikiran kedua Epikuros adalah fisika. Teori fisika diciptakan oleh manusia untuk membebaskan manusia dari kepercayaan sia-sia kepada dewa-dewa. Dia berpendapat bahwa dunia ini bukan dijadikan dan dikuasai oleh dewa-dewa melainkan oleh gerakan hukum fisika. Segala yang terjadi dan dipandang di dunia ini disebabkan oleh penyebab kausal dan mekanis. Manusia harus merdeka menentukan nasibnya sendiri dan tidak dikuasai oleh dewa-dewa. Epikuros dalam Kisah Para Rasul itu berdebat dengan orang beriman soal kehadiran Allah. Epikuros dengan tegas mengajarkan bahwa manusia sesudah mati tidak hidup lagi (bertentangan dengan paham iman Kristiani yang percaya adanya kebangkitan orang-orang mati). Hidup adalah peristiwa yang sementara saja yang tidak bernilai harganya, maka hidup ditujukan untuk mencari kesenangan. Pemikiran ketiga dari Epikuros adalah etik. Ajaran etik tidak terlepas dari ilmu fisika yang ia ciptakan. Pokok ajaran etikanya adalah mencari kesenangan hidup, yang diartikan sebagai kesenangan ragawi dan kepuasan batin.
Penyempurnaan moral manusia (Stoa)
Stoa dalam Kisah para rasul 17:17-18 adalah seorang filsuf Yunani yang hidup tahun 340 SM. Dia seorang saudagar yang belajar filsafat di akademi dibawah pimpinan Xenocrates murid Plato yang terkenal. Stoa artinya ruangan, karena di ruangan penuh ukiran dia mengajarkan pelbagai ilmu pengetahuan. Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Pokok ajaran filsafat Stoa adalah bagaimana manusia hidup selaras dengan keharmonisan dunia sehingga kebajikan adalah akal budi yang lurus. Akal budi yang sesuai dengan keselarasan/ keharmonisan dunia. Pada akhirnya manusia akan mencapai citra hidup manusia yang bijaksana yaitu hidup sesuai dengan jalan pikir alam semesta. Tentang logika, pemikiran Stoa tidak jauh berbeda dengan Epikuros yakni untuk memperoleh kriteria tentang kebenaran. Kebenaran adalah pemandangan yang menggambarkan barang yang dipandang sehingga orang yang memandang itu membenarkan dan menerima isi yang dilihatnya. Fisika kaum Stoa memberi pelajaran tentang alam tetapi juga tentang Teologi. Tentang etik Stoa, ini adalah inti dari filsafatnya. Maksud etiknya adalah mencari dasar-dasar umum untuk bertindak dan hidup yang tepat. Kemudian melaksanakan dasar-dasar itu dalam penghidupan. Kemerdekaan moral seseorang adalah dasar dari segala etik Stoa.
Iman dan Akal budi saling melayani
Pengetahuan kodrati dari Epikuros dan Stoa dapat menjerumuskan manusia ke dalam paham atheis, dengan pandangan mereka yang menolak adanya paham kebangkitan orang-orang mati. Epikuros dan Stoa memiliki pandangan yang hedonis, yaitu mencari kesenangan badani dalam hidup, dan ini berlawanan dengan ajaran iman kristiani. Sebagai umat kristiani kita tidak boleh melupakan dua hal pokok menanggapi pelbagai kemajuan akal budi manusia yakni pengertian kodrati akan Allah dan suara hati nurani. Seperti ditulis dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma. “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka… Apa yang tidak nampak dari pada-Nya yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1: 19-20). Perjumpaan akal budi (pengetahuan) dalam aliran filsafat sejak Gereja perdana dengan Teologi (pewartaan iman Kristiani) menjadi penting untuk disimak. Pemikir Kristiani bersikap kritis dalam menjawab gagasan filsafat Yunani. Adalah Origenes [Bapa Gereja di abad ke-2] yang menggunakan filsafat Platonis untuk menyusun argumen dan bentuk teologi Kristiani. Dia unggul dalam menangkis serangan filsuf Yunani dengan gagasan Teologi yang bernalar rasional. Kebenaran ilmu pengetahuan bertumpu pada akal budi tetapi teologi Kristiani bertumpu pada wahyu Kristiani. Kebenaran kristiani membawa penyelamatan dan berpuncak pada pewahyuan tentang Kristus. Karena itu perjumpaan ilmu pengetahuan (akal budi) dan pemahaman akan Allah (Teologi) harus saling melayani dan mendukung. Sebab jika tidak, keduanya akan menuai kepicikan dan ketimpangan ilmu yang bertujuan untuk kesejahteraan dan kebaikan umat manusia.

Disadur dari katolisitas.org

Paus Fransiskus: Saya Percaya Tuhan, tetapi Bukan Tuhan Katolik


VATICAN CITY, KOMPAS.com — Paus Fransiskus kembali membuat pernyataan yang mencengangkan. Dalam wawancara dengan harian terbitan Italia, La Repubblica, Paus asal Argentina itu menjelaskan keyakinannya akan Tuhan.

"Saya percaya akan Tuhan, tetapi bukan (kepada) Tuhan Katolik," kata Paus kepada pendiri dan mantan editor harian La Repubblica, Eugenio Scalfari.

Scalfari yang sudah cukup terkejut mendapatkan kesempatan wawancara pribadi dengan Paus, semakin terkejut dengan pernyataan itu. Lalu, Scalfari meminta Paus untuk mengelaborasi pernyataannya itu.

"Tuhan bukan Katolik. Tuhan adalah universal, dan kita adalah umat Katolik karena cara kita memuja Dia," ujar Paus.

Lebih jauh Paus Fransiskus menjelaskan bahwa sebagai pemimpin umat Katolik, dia memercayai Tuhan dan Yesus Kristus sebagai inkarnasi Tuhan.

"Yesus adalah guru dan pemimpin saya. Tetapi Tuhan, Bapa, adalah cahaya dan Sang Pencipta. Itulah yang saya yakini. Apakah menurut Anda keyakinan kita jauh berbeda?" tanya Paus kepada Scalfari.

Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.

"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.

Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.