Latar Belakang PJPMKFKI


Kalau kita mendengar tentang P-J-P-M-K-F-K-I, pikiran apa yang muncul pertama-tama? Tak sedikit yang berpikir "binatang aneh apa ini?!" atau "organisasi ekskludif KATOLIK, lagi!" atau "wah, biro jodoh buat anak FK Katolik dong!!".....dan beraneka asumsi yang lain……..

Latar belakang munculnya ide ini terutama adalah keprihatinan akan kurangnya atau bahkan tersumbatnya kesempatan-kesempatan berorganisasi dan berkumpul yang optimal sebagai warga kampus, yang kebetulan berlatar belakang agama yang berbeda. Dengan situasi yang demikian, harapan ke depan sebagai dokter yang mampu berkarya kelak sulit diwujudkan.

Untuk mendapatkan berbagai masukan , diadakanlah Pertemuan Bandung pada tanggal 31 Maret 1990 – 1 April 1990 yang dihadiri oleh KMK FK UI dan KMK FK Unpad. Dari pertemuan tersebut, disepakati bahwa perlu diadakan acara serupa yang lebih luas cakupannya, tidak terbatas Jawa Barat saja.

Ide positif tersebut ditangkap dengan baik oleh Dr. Iskandar Leman , dengan room Pendamping Mahasiswa Rm. Ismartono, SJ. Melalui pertemuan-pertemua yang intensif atau obrolan-obrolan santai, mahasiswa FK UI angkatan ’87. Natalia Y Tene (Fenty) dan Yosephin Sri Sutanti (Pipien)-angkatan ’88 serta beberapa rekan lagi turut aktif pula di dalamnya. Akhirnya lahirlah istilah “PEMBINAAN JARINGAN PEMBINAAN MAHASISWA KATOLIK FAKULTAS KEDOKTERAN di INDONESIA” atau disingkat “PJPMKFKI” . Hal ini disepakati setelah melewati perdebatan yang cukup panjang dan mendalam; mengpa harus dipilih kata-kata yang tampak rumit tersebut. Pertemuan-pertemuan tersebut diadakan di sebuah wisma mahasiswa di jalan Margonda Raya, Depok.

Sejak di awal dalam kandungan, PJPMKFKI selain didukung oleh berbagai pihak, juga telah menuai banyak kritikan. Hal tersebut wajar; karena situasi sekitar tahun 1990 memang masih tabu untuk bebas berorganisasi dan berkumpul bagi mahasiswa, apalagi dengan membawa bendera agama. Banyak dokter senior dan rekan-rekan, baik dari FK maupun bukan , yang mempertanyakan buat apa “capek-capek” membuat organisasi baru, apalagi dengan latar belakang agama. Mengapa profesi dokter harus dibedakan berdasarkan agama. Mengapa profesi dokter harus dibeda-bedakan berdasarkan agama? Perlukah pengkotak-kotakan yang demikian?.......Dari pihak yang mendukung, mengatakan memang dibutuhkan suatu sarana dengan spirtualitas yang sama untuk memperkuat pelaksanaan profesi dengan semangat spiritualitas tersebut.